Ablasio Retina - Penyebab, Gejala, dan Penanganannya

 11/07/19

Narasumber: Dr. Monika Yuke Lusiani, SpM

Ablasio retina adalah salah satu penyakit mata yang kerap menjadi kekhawatiran banyak orang. Sebab, kondisi berupa terlepasnya retina atau selaput jala dari posisi aslinya ini bisa membuat mata buta secara permanen.

Tapi gangguan mata yang juga kerap disebut sebagai ablasi retina atau retinal detachment ini bisa diketahui penyebab dan gejalanya. Obat serta cara pengobatannya pun sudah ditemukan sehingga orang yang mengalaminya dapat sembuh.

Di bawah ini akan dibahas soal penyebab, gejala, dan penanganan ablasio retina.

Penyebab Ablasio Retina

Ada sejumlah faktor penyebab ablasio retina. Di antaranya luka pada mata, peradangan, komplikasi setelah operasi mata, katarak, rabun jauh akut, dan glaukoma. 

Usia lanjut juga bisa menjadi penyebab. Pemicunya adalah menurunnya kadar asam hialuronidase dalam vitreous akibat usia tua yang membuat topangan kolagen dalam mata kolaps dan akhirnya menyebabkan retina robek.

Di dalam mata, terdapat cairan seperti gel yang disebut vitreous. Ketika cairan ini keluar dari tempatnya akibat adanya robekan atau tarikan pada retina, bisa terjadi ablasio retina. Cairan vitreous yang terakumulasi dalam rongga mata dapat berujung pada kebutaan.

Dalam dunia medis, kondisi ini disebut ablasio retina regmatogen. Jenis ablasio ini adalah yang paling sering terjadi. 

Ada pula ablasio retina traksional, yakni ablasio yang disebabkan oleh tertariknya retina dari posisi semula akibat jaringan parut yang tumbuh pada mata. Jenis ablasio ini lebih kerap ditemukan pada penderita sakit gula atau diabetes.

Jaringan parut di mata akan muncul akibat pecahnya pembuluh darah baru yang amat rentan. Jaringan yang mirip bekas luka ini secara perlahan bisa menarik retina lepas dari posisinya yang kemudian menyebabkan ablasio. 

Selain itu, ada ablasio retina eksudatif yang dipicu oleh radang atau tumor koroid. Koroid adalah selaput yang banyak mengandung pembuluh pada mata.

Ketika penyakit ini muncul, cairan vitreous menumpuk di rongga mata tanpa adanya lubang atau robekan. Posisi retina bisa terangkat akibat menumpuknya cairan tersebut atau eksudat (campuran serum, sel, atau sel yang rusak yang keluar dari pembuluh darah) yang muncul karena peradangan. 

Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal JAMA Ophthalmology, gen juga bisa menjadi penyebab ablasio retina. Meski begitu, kasus ablasio yang disebabkan oleh warisan genetis lebih jarang ditemukan.

Gejala Ablasio Retina

Tidak seperti yang dibayangkan kebanyakan orang, gejala ablasio retina tidak meliputi rasa sakit yang ekstrem meski mata terlihat dalam kondisi memprihatinkan. Justru tidak ada rasa sakit pada mata yang mengalami penyakit retina tersebut.

Orang yang menderita ablasio retina antara lain menunjukkan gejala:

- Penglihatan terhalang objek seperti tirai transparan yang menutupi mata akibat keruhnya vitreous oleh darah 

- Muncul seperti kilatan-kilatan cahaya secara mendadak saat melihat (fotopsia), biasanya dalam keadaan gelap

- Muncul floater atau bintik-bintik kecil yang melayang-layang ketika melihat

- Penglihatan mulai kabur

- Penurunan ketajaman penglihatan

- Mata terasa berat

Ablasio retina adalah penyakit mata yang memerlukan penanganan darurat. Penyakit ini bisa sembuh, tapi pengobatan harus dilakukan secepatnya di klinik atau rumah sakit khusus mata dengan dokter tepercaya begitu gejala terasa.

Obat/Pengobatan Ablasio Retina

Berkat makin majunya teknologi kedokteran dan berkembangnya metode pengobatan, ablasio retina dapat disembuhkan. Biaya obat/pengobatan penyakit retina pun lebih terjangkau.

Dokter umumnya menjalankan prosedur operasi untuk mengatasi ablasio retina. Tanpa operasi, ada risiko tinggi pasien ablasio mengalami kehilangan penglihatan total.

Terdapat setidaknya lima jenis operasi penanganan ablasio retina, yakni:

- Laser atau fotokuagulasi: Dengan metode ini, sinar laser ditembakkan melewati lensa menuju area retina yang robek. Sinar laser kemudian membuat jaringan parut yang akan menempel pada jaringan lain yang telah robek.

- Cryosurgery: Prosedur bedah yang juga sering disebut cryopexy atau cryotherapy ini dilakukan dengan mendinginkan retina untuk menghancurkan jaringan yang abnormal atau rusak. Operasi ini memunculkan bekas luka tipis yang akan menyambungkan retina ke posisinya kembali.

- Scleral buckling: Dokter akan menjahit semacam kumpulan karet silikon pada sklera yang lokasinya di bagian luar putih mata. Jahitan ini dibuat permanen.

- Vitrektomi: Dokter akan mengambil gel vitreous dari mata dan menggunakan gelembung gas atau minyak silikon sebagai penopang retina. Cairan pengganti itu harus diambil 2-8 bulan setelah operasi.

- Pneumatic retinopexy: Metode ini bisa digunakan jika kadar ablasio retina belum terlalu parah. Dokter akan membekukan area retina yang rusak untuk memasukkan gelembung ke rongga vitreous. Retina bakal terdorong dan menempel ke posisi semula. 

 Dokter akan memilih metode operasi yang tepat sesuai dengan kondisi yang dialami setiap pasien. Sebab, tidak semua kondisi ablasio yang dialami sama. Begitu pula jenisnya.

Dokter bisa menggunakan satu jenis metode, bisa juga kombinasi. Khusus pada pasien ablasio eksudatif, penanganan meliputi tindakan untuk mengatasi penyakit yang memicu gangguan retina tersebut.

Karena itu, dokter perlu melakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap setiap gejala ablasio yang dikeluhkan. Pemeriksaan dan konsultasi mata secara reguler juga penting untuk menangani sedari dini masalah yang terjadi. Ingat, makin terlambat penanganan, makin kecil peluang ablasio retina bisa sembuh.

Back