LASIK - Manfaat, Risiko, Prosedur dan Biaya Operasi

 01/04/19

Narasumber: Dr. Triwijayanti, SpM

lasik

LASIK semakin sering didengar banyak orang dan digembor-gemborkan sebagai solusi permanen untuk bebas dari alat bantu baca. Sesuai namanya, LASIK sebagai singkatan dari Laser-Assisted in Situ Keratomileusis merupakan operasi yang menggunakan laser untuk memperbaiki kelainan refraksi pada mata sepeeti mata minus (rabun jauh), plus (rabun dekat) atau silinder.

LASIK mulai dikembangkan sejak awal tahun 1980. Kemudian, mendapat patennya pertama kali di tahun 1985 dan mulai dipraktikan sejak awal 1990 di Amerika Serikat.

LASIK mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1997. Dengan sejarah yang dipaparkan tadi, LASIK terbukti bukanlah sebuah penemuan baru, sudah ada sejak lebih dari 20 tahun lalu.

Artinya, teknologi LASIK telah melalui kemajuan yang signifikan hingga hari ini. Dulu, prosedur LASIK meliputi  penggunaan pisau khusus. Kemudian lahir lah istilah “bladeless” LASIK yang mengganti penggunaan pisau dengan laser (disebut: femtosecond).

Hingga kini, terdapat teknologi wavefront yang dikombinasikan dengan laser excimer. Penjelasannya akan  diterangkan lebih lanjut di artikel ini.

KMN EyeCare akan memberi informasi lebih lanjut mengenai LASIK secara umum di artikel ini, yang meliputi:

  1. Manfaat LASIK
  2. Risiko LASIK
  3. Prosedur LASIK
  4. Biaya LASIK

Apa Manfaat LASIK?

Menurut data WHO (World Health Organization) di tahun 2010 terdapat setidaknya 285 juta orang yang menderita gangguan penglihatan di seluruh dunia. Angka ini mencapai 4,24% dari total populasi dunia. Jumlah ini diperkirakan meningkat seiring berkembangnya populasi manusia. Gangguan penglihatan tersebut banyak yang disebabkan  oleh kelainan refraksi yang tidak atau  kurang mendapatkan koreksi yang sesuai. 

Adapun kelainan refraksi mata adalah sebagai berikut:

  • Miopia atau rabun jauh – penderita kelainan ini biasanya memakai kacamata “minus” untuk membantu melihat objek jauh secara jelas.
  • Hipermetropia atau rabun dekat – penderita kelainan ini dapat melihat objek jauh secara jelas, namun tidak demikian pada objek yang dekat, sehingga harus dibantu oleh kacamata “plus”.
  • Astigmatisma atau mata silinder – adalah kelainan pembiasan pada mata, di mana mata susah memfokuskan cahaya, sehingga objek yang dilhat terdistorsi.
  • dan presbiopia atau rabun tua – kelainan ini terjadi dengan sendirinya sebagai proses normal dalam penuaan, di mana kemampuan mata untuk fokus pada objek yang dekat jadi menurun.

Yang tak jarang disalahmengertikan, adalah bahwa LASIK dapat memperbaiki segala  gangguan penglihatan. Ini harus diluruskan.

Operasi mata yang menggunakan laser bukan hanya LASIK dan tidak semua gangguan mata memerlukan ataupun dapat disembuhkan oleh LASIK.

Manfaat LASIK adalah untuk membantu memperbaiki kelainan refraksi miopia, hipermetropia dan astigmatisma. LASIK dapat membantu menghilangkan ketergantungan pada alat bantu baca seperti kacamata dan lensa kontak pada penderita kelainan refraksi tersebut.

Perhatikan kata “membantu” di paragraf di atas.

Ini dikarenakan ada fakta yang harus digarisbawahi dalam membahas manfaat LASIK. Pasalnya, tingkat keberhasilan LASIK untuk menghilangkan kelainan refraksi tersebut tergantung pada kondisi medis masing-masing orang.

Terdapat beberapa pemeriksaan yang menyeluruh untuk menentukan apabila seseorang dapat menjadi kandidat LASIK. Dari pemeriksaan ini juga dapat ditentukan apabila seseorang dapat sembuh total, atau masih akan bergantung pada kacamata meski ukurannya berkurang.

LASIK juga tidak dapat menjamin bahwa seseorang dapat bebas dari kelainan refraksi mata selamanya. Proses penuaan manusia tidak dapat dihindari dan akan berpengaruh pada kemampuan penglihatannya untuk bekerja. Meski telah menjalani LASIK, seseorang juga dapat kembali menderita kelainan refraksi jika kesehatan matanya tidak dijaga dengan baik.

Pemahaman mengenai manfaat LASIK yang mendalam akan membantu seseorang untuk memutuskan apabila tindakan operasi ini patut dilakukan atau tidak. Terlebih, biaya LASIK masih terhitung tidak murah dan saat ini tidak dijamin oleh asuransi maupun BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan).

Konsultasi dengan dokter mata wajib dilakukan agar  mendapatkan informasi yang tepat dan lengkap mengenai LASIK dan juga untuk mengambil keputusan apakah seseorang memerlukan atau dapat menjalani prosedur LASIK.

Apa Saja Risiko LASIK?

Selain memahami manfaat LASIK dengan benar, keputusan untuk menjalani LASIK juga harus mempertimbangkan risiko  komplikasi maupun efek samping dari tindakan operasi ini.

Secara garis besar, tindakan LASIK meliputi penggunaan jenis laser khusus  untuk mengubah bentuk kornea, jaringan transparan yang bentuknya seperti kubah di bagian depan mata. Layaknya setiap tindakan bedah apapun pasti memiliki risiko, LASIK pun tak terkecuali.

Namun untuk menghindari salah pengertian, patut dipahami bahwa risiko komplikasi berbeda dengan risiko efek samping. Gunanya agar berita-berita yang beredar mengenai angka rata-rata risiko LASIK dapat dipilah dengan benar.

Pasalnya, ada yang menyebut risiko LASIK sekecil 1%, ada yang mengatakan 5%. Presentase tersebut harus dibedakan antara risiko komplikasi dan risiko efek samping.

Risiko komplikasi LASIK antara lain mencakup reaksi radaang, infeksi atau dislokasi flap kornea yang dibentuk saat operasi. Kedua kondisi ini terhitung sebagai komplikasi karena membutuhkan penanganan khusus, dan dapat berbahaya jika dibiarkan.

Namun, presentase kemungkinan terjadinya risiko komplikasi tersebut kurang dari satu persen.

Sedangkan risiko efek samping yang paling sering terjadi adalah mata kering. Presentase kemungkinan terjadinya mata kering tentu tinggi, karena hampir semua pasien LASIK mengalami risiko ini.

Selain itu, terdapat juga risiko efek samping seperti silau, lingkaran cahaya pada penglihatan, dan sejenisnya. Efek-efek samping ini bisa terjadi selama beberapa minggu, maupun bulan.

Kondisi-kondisi ini disebut efek samping dan bukan komplikasi. Pasalnya, efek samping biasanya hilang dengan sendirinya seiring waktu. Dokter dapat juga memberikan pengobatan, seperti obat tetes mata, untuk mengatasi efek samping.

Bagaimana Prosedur LASIK Dijalankan?

Sebagaimana disebut di atas, LASIK meliputi tindakan yaitu membentuk flap pada lapisan kornea.

Kemudian flap diangkat, sejumlah jaringan di bawahnya dihilangkan untuk membetulkan bentuk kornea sehingga mata mendapatkan fokus lebih baik terhadap objek.

Dulu, LASIK konvensional menggunakan pisau untuk membentuk flap. Seiring berkembangnya teknologi adalah yang disebut “bladeless” LASIK, tanpa pisau sama sekali. Teknologi ini menggunakan laser khusus bernama femtosecond untuk membentuk flap.

Kemudian setelah flap dibuka, akan digunakan laser khusus yang disebut laser excimer untuk membetulkan bentuk kornea. Setelah itu, flap diposisikan ulang dan akan melekat sendirinya pada lapisan mata. Total waktu yang dibutuhkan untuk tindakan ini hanya sekitar 10 hingga 20 menit.

Di zaman modern ini, teknologi wavefront turut digunakan dalam prosedur LASIK, untuk meningkatkan tingkat keberhasilannya. Teknologi ini digunakan untuk melakukan pemetaan kornea yang akurat.

Pasalnya, tiap mata seseorang berbeda dengan orang lain. Sifatnya seunik sidik jari yang berbeda-beda di tiap orang. Wavefront dapat melakukan analisis yang menentukan ketajaman penglihatan seseorang dengan mengumpulkan gambaran dengan definisi tinggi dari jalur visual tiap mata.

Pemetaan ini dilakukan sebelum flap dibuka agar kemudian membantu dokter untuk melakukan perubahan pada bentuk kornea. Kebutuhan koreksi dari masing-masing mata dapat ditentukan dengan akurasi yang tinggi.

Hasilnya, kemungkinan LASIK untuk berhasil memperbaiki kelainan refraksi sepenuhnya jadi semakin besar.

Namun kembali lagi kepada kondisi orang masing-masing. Tidak semua orang mendapat hasil yang sama.

Inilah pentingnya dilakukan pemeriksaan komprehensif sebelum prosedur LASIK, yang meliputi:

  • Pemeriksaan refraksi
  • Pengukuran tekanan intraokular (bola mata)
  • Topografi (pemetaan) kornea
  • Pemeriksaan produksi air mata
  • Pengukuran ketebalan kornea
  • Penggunaan specular microscope untuk memeriksa penyakit kornea
  • Pemeriksaan laboratorium
  • Pemeriksaan mata secara fisik.

Dokter kemudian dapat menentukan apabila seseorang dapat atau tidak dapat melakukan LASIK. Misalnya, calon pasien yang ternyata memiliki kornea yang terlalu tipis mungkin tidak diperbolehkan untuk melakukan LASIK. Atau jika seseorang memiliki masalah lain pada mata seperti retina robek, LASIK tidak dapat dilakukan.

Di Mana LASIK Dapat Dilakukan dan Berapa Biayanya?

Masih banyak masyarakat Indonesia yang memilih untuk melakukan LASIK di luar negeri dengan persepsi teknologinya lebih canggih dan keamanan prosedurnya lebih terpercaya. Namun seperti disebutkan sebelumnya, sebenarnya LASIK telah hadir di Indonesia sejak tahun 1997. Teknologi yang ada di Indonesia juga tidak kalah canggih.

Biaya LASIK di luar negeri jelas lebih mahal daripada LASIK di dalam negeri. Misalnya di Singapura, kisaran harga LASIK bisa mencapai Rp 50 juta. Belum lagi biaya penginapan, penerbangan, dan sebagainya.

Di Indonesia sudah banyak pusat layanan khusus mata yang menawarkan LASIK. Kisaran harga LASIK di ibukota Jakarta sendiri dimulai dari sekitar Rp 9juta untuk satu mata, hingga puluhan juta untuk kedua mata.

Yang jelas, biaya LASIK sangat tergantung pada teknologi yang dipakai, serta kualitas pelayanan sebuah klinik atau rumah sakit.

Sangat penting untuk melakukan riset mengenai ketiga hal tersebut. Jangan sampai keputusan untuk melakukan LASIK diambil hanya berdasarkan “harga termurah”.

Akhir kata, meski biaya LASIK masih terbilang tidak murah, namun kata “mahal” itu relatif. Biaya tersebut dapat juga disebut sebagai sebuah investasi. Kebebasan dari ketergantungan terhadap kacamata atau lensa kontak mungkin lebih berarti dan kesempurnaan indra penglihatan pun seharusnya tidak dapat diukur dengan uang.

Jadwalkan Konsultasi dengan Dokter LASIK KMN EyeCare di Sini!

 

Back